Siang tadi, dua oranG baik memperhatikanku, kurang lebih 3 meter dihadapanku mereka memberi syarat padaku yang kurang lebih intinya "Pulang aja sana ! kamu pucet loh !" mereka memelankan suara karna kami sedang berada di forum yang agak resmi dengan tersenyum aku bergegas mengambil sesuatu di dalam tas kesayanganku, tadaa.. kupamerkan Lipstk wardah yang sejujurnya warnanya agak norak, oren , atau merah bata, tidak penting intinya, aku tampak pucat karna lupa memakai lipstik, segera ku coret bibirku dengan kuas lipstik, tada, kupamerkan bibirku yang sudah menyala kepada mereka. mereka menggeleng hah ? aku bertanya sebab tidak mengerti "matamu gak bisa bohong ! pulang sana ! istirahat!" lagi2 mereka bicara tanpa suara lekas kubuka kamera depan dari ponsel untuk melihat apa yang terjadi, "lah iya." aku hanya berkedip kedip dan tersenyum pahit. Ingin segera pulang tapi sepertinya aku butuh sekitar satu jam lagi untuk tetap berada di tempat ini ah, lipstik...
Di tahun politik seperti saat ini,
banyakk manusia (terlihat) hebat yang terangkat kepermukaan. Banyak orang yang
ternyata bersemangat ingin memeperjuangakan negara Indonesia pada Umumnya lewat
slogan yang terpampang “mengotori” tepian jalan. Memperjuangkan rakyat kecil,
memperjuangkan kaum tani, memperjuangkan nasib perempuan dan lain sebagainya. Dikemas
rapi oleh partai dan terusung sebagai calon Legislatif
Senang, tentu rakyat senang,
ternyata banyak manusia yang (katanya) ikut merasakan penderitaanya, dan bermaksud
menjanjikan kehidupan yang lebih baik. Begitu juga dengan kaum wanita, yang
selama ini terkesan tersudut dalam hukum dimasyarakat atau nyaris dirumah
sendiri.
Beberapa hari yang lalu kita dapati
seorang anak perempuan di cabuli oleh bapak dan kedua saudaranya sendiri. Edan.
Dan ah sederet kasus yang mungkin saja tidak (mau) terkuak.
Oh? Banyak sekali bukan orang-orang
yang ternyata “peduli” . siapa yang tidak senang? Tidak ada. Tentu semua orang senang.
Rakyat Kecil utamanya.
Tapi, ah, benarkah?
Benarkah mereka akan turut berduka
atas duka yang dialami oleh tani yang harga jual tanamanya murah?
Benarkah mereka akan menjunjung atau
minimal menyamakan kedudukan wanita dimata hukum khususnya hukum dimasayarakat?
Benarkah mereka akan menjadi wakil
manusia manusia miskin terpojokkan di sudut hukum dan keadailan negeri berbunga
ini ?
Akan terjawab setelah pemilihan ? Bagaimana
yang terpilih akan menepati janjinya atau justru lupa dengan jumlah uang yang
sedang dihitung-hitung sebagai modal awal berjanji
Sedang yang kurang suara ? etah akan
tenggelam dan hilang lagi dari peredaran atau tetap menjalankan impianya
membersamai dan mengangkat manusia terhinakan dengan keterbatasan
wewenangnya
Tahun politik adalah kembang yang suatu
saat akan layu, kering kemudian hilang.. kecuai manusia yang memegang prinsip
dan harga dirinya.
Menjaga prinsip mencintai negeri
dengan isinya, serta harga diri untuk tidak tertipu janji terbungkus dua
manusia berpeci
Komentar
Posting Komentar