Tiga, empat, lima, dan banyak kali
aku selalu meminta bantuan emak jika kehilangan sesuatu. Seringnya dompet, kartu-kartu, dan benda penting lainnya yang karena keteledoranku sering tercecer di mana-mana. Dan aku sampai hapal, benda itu sebenarnya ada di dalam kamarku sendiri, terselip di antara buku-buku, terjatuh di pinggir kasur, atau bahkan di meja yang seharunya lebih mudah ditemukan.
Bukan orang lain, emak adalah orang yang sangat teliti dan tenang mencarikan barang milik anaknya yang teledor ini.
Bukan aku tak mau berusaha mencari, tapi sadar kehilangan diwaktu yang krusial harus segera beranjak pergi kadang justru membuat fokus terdistraksi. Disitulah aku membutuhkan orang lain, membutuhkan emakku yang pikiran dan hatinya selallu tenang sehingga tidak pernah gagal menemukan barang punya anaknya.
Kadang kadang, dalam hidup yang lebih luas lagi, kita selalu membutuhkan orang lain yang hatinya sedang tenang, yang pikirannya sedang jernih, untuk menunjukan hal-hal yang sebanarnya sudah ada namun terhalangi oleh pikirann daan perasaan kita sendiri.
Bukan tak punya, seringnya kita lupa bahwa mampu begini dan begitu, kita lupa memiliki ini dan memiliki itu, namun semuanya tertutupi dengan kesedihan, rasa marah, kekecewaan, kalut, kemrungsung, panik, takut, dan aneka emosi lainnya sehingga yang kita ingat adalah bahwa kita tak mampu berbuat apapun, kita tak bisa melakukan apapun, kita tak punya siapapun. Disitulah kita membutuhkan oranglain, untuk mengingatkan betapa kuatnya dirikita, betapa berharganya diri kia, betapa jauhnya jalan yang telah kita lalui sehingga sampai pada progses hari ini.
tibaa-tiba aku teringat pula, dipertengahan tahun yang lalu setelah kusampaikan bahwa sepertinya aku tak membutuhkan orang lain sebab aku merasa sudah dan selalu cukup kuat, seseorang yang amat cantik berkata padaku bahwa, kehadiran oang lain memang tak selalu dapat membuat kita kuat, tapi kehadiran orang lain mampu mengingatkan kita bahwa kita memang dapat selalu kuat.
Komentar
Posting Komentar