Langsung ke konten utama

LIPSTIK

  Siang tadi, dua oranG baik memperhatikanku,  kurang lebih 3 meter dihadapanku mereka memberi syarat padaku yang kurang lebih intinya "Pulang aja sana ! kamu pucet loh !" mereka memelankan suara karna kami sedang berada di forum yang agak resmi dengan tersenyum aku bergegas mengambil sesuatu di dalam tas kesayanganku,  tadaa.. kupamerkan Lipstk wardah yang sejujurnya warnanya agak norak, oren , atau merah bata, tidak penting intinya, aku tampak pucat karna lupa memakai lipstik, segera ku coret bibirku dengan kuas lipstik, tada, kupamerkan bibirku yang sudah menyala kepada mereka.  mereka menggeleng hah ? aku bertanya sebab tidak mengerti "matamu gak bisa bohong ! pulang sana ! istirahat!" lagi2 mereka bicara tanpa suara lekas kubuka kamera depan dari ponsel untuk melihat apa yang terjadi, "lah iya." aku hanya berkedip kedip dan tersenyum pahit. Ingin segera pulang tapi sepertinya aku butuh sekitar satu jam lagi untuk tetap berada di tempat ini ah, lipstik...

Pulang Bersama Malaikat

 Keputusan untuk membeli obat di jam setengah 5 sore kurasa bukan keputusan yang terlalu buruk. 

Setelah menyelesaikan urusan pribadiku, aku beranjak menuju kota di mana apotek dan tetek bengek kebutuhan hidup di sediakan. Seperti biasa, aku pergi bersama si roda dua hitam kesayangan. waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore sesampainya aku di kota. membeli keperluan ini dan itu barang seperempat sampai setengah jam, kemudian duduk di pinggiran jalan mengamati manusia lalu lalang. Berisitrahat, ya bolehlah dikatakan begitu. Aku suka mengamati orang-orang, dan nayatanya iya aku lebih suka mengamati sambil beridisukusi dengan deiriku sendiri . Melihat orang-orang dengan kebahagiannya, melihat orang-orang bersama keluarganya, melihat orang-orang dengan orang-orang lainnya bersama mereka.

Seseorang pernah berkata kepadaku, katanya aku trlalu mandiri dan selalu sendiri. Nyatanya memang iya, aku tak bisa menyangkal. Keadaan yang menuntutku harus selalu bisa sendiri dan ternyata memang lebih nyaman sendiri. Apakah aku tersiksa dengan keadaan itu? kadang iya, jujur saja, kadang aku iri dengan orang lain yang selallu bisa bersama dengan orang lain. Siapapun, Saudara, Orang tua, Kekasih, Whatever.  tapi ternyata untuk saat ini aku memang harus lebih bangga karena aku tanpa orang lainpun bisa, atau mungkin tepatnya, terpaksa bisa, dan lama-lama jadi biasa saja. kadang  hidup memang begitu. Hidup yang harus kita jalani adalah hidup yang memang ada didepan mata, bukan hidup yang ada di angan-angan.

Aku kembali melihat jam tangan, hampir pukul enam, tidak terasa hari nyaris gelap, aku bergegas mengambil motor dan melaju ke apotek tujuan. kurang dari sepuluh menit setelah mengantri beberapa baris, obat yang kumau sudah kugenggam, lengkap dengan uang kembalian dan senyuman ibu kasir atau apoteker, ntahlah mungkin dia merangkap. kulanjutkan perjalanna pulangku, karena adzan di kanan kiri dilanjut sholawat bocah-bocah, aku mengurungkan nniat untuk menanyi seperti biasanya aku mengendarai motor seorang diri. Setengah jalan tidak ada kendala berarti selain cahaya-cahaya  yang kadang menganggu mataku. Tibalah di setengah jalan kedua dalam perjlanan pulangku, Penuh dengan alas-alas dan rumah-rmah yang redup, Adzan serta sholawat2 sudah tak lagi terdengar dan sebait dua bait lagu sudah kudendangkan sejak lima menit yang lalu. Aku mulai menydari sudah tidak lagi ada cahaya, ah, kacau, baru ingat aku bahwa motorku mati lampu keduanya, baik depan maupun belakang, aku menelan ludah sambil meneruskan bait- bait lagu acakku. Tidak mengapa, terus melaju, kataku dalam hati, beruntungnya masih ada lampu lampu jalan yang sesekali menenerangi. Tidak ada lagi sepeda motor yang lewat selain motorku, heran padahal masih magrib sudah sesepi ini. Tiba-tiba dari kejauhann ada sepeda motor lain melaju cukup kencang, aku dapat memprediksi kecepatannya lewat spion, anehnya dibelakangku dia melambat, aku ikut melambat dan agak menepi serta menyalakan lampu sein, memberi tanda dari depan mapun belakang bahwa ada speeda motorku melaju tanpa lampu selain lampu sein. Motor dibelakangku tak kunjung mendahului, dia berjalan tenang dibelakangku, jujur saja aku begitu bersyukur sebab dia menerangi  jalanku.Tidak bergegas mendahuluiku lalu meningalkanku sendiri denganm lampu motor mati dan jalan yang gelap. Aku berkali kali berjalan menepi barangkali dia mau mendahului, dan wow, tidak sama sekali. 

sepanjang jalan aku bahagia dan berterimakasih kepada tuhan telah mengirim malaikat untuk mengganti lampu motorku yang mati. Aku tidak perlu menyalakan senter ponsel untuk meraba-raba jalan. Alhamdulillah

kurnag dari 10 meter aku menyalakan sein kembali, akan belok menuju rumah ibuku, rumah tempat aku tinggal, sepeda motor itu kemudian barulah mendahului,tanpa blayer tanpa ngebut. Kusampaikan terima kasih padanya, pada malaikat yang dikirim tuhan untuk menuntunku pulang 
"Makasih Bro" ucapku keras keras dengan mengankat jemppol, lalu belok kerumah dengan bahagia dan bersyukur banyak-banyak

ternyata , setidak butuhnya aku terhadap orang lain, Tuhan lebih tau bahwa aku memang selalu akan butuh orang lain, dan Tuhan mengirim ornag lain saat aku benar-benar  membutuhkan .

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ihya’ Al-Mawat dan Jialah, Pengertian ,rukun dan syarat, dasar hukum ihya' Al-mawat dan Jialah / ja'alah / ju'alah

Ihya’ Al-Mawat dan Jialah Makalah Disusun sebagai tugas Matakuliah Fiqh Muamalah Dosen Pengampu Bpk. Ainun Yudhistira, S.H.I., M.H.I. Disusun Oleh: Nur Fitria Primastuti   21113044 FAKULTAS SYARIAH JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH IAIN SALATIGA April :2015 Ihya’ Al-Mawat dan Jialah A.       Ihya’ Al-Mawat 1.        Pengertian Ihya’al-Mawat Ihya’Al-Ma’wat atau menghidupkan tanah yang telah mati di maksudkan dengan menggarap tanah yang telah mati. Di kalangan fuqoha, tanah yang telah mati dimeksud dengan “Tanah yang tidak ada tuanya dan tidak lagi di manfaatkan oleh siapapun.” Di sini di maksudkan untuk mengambil manfaat atas pemanfaatan tanah tersebut. “Tidak ada pemiliknya” maksudnya adalah tanah yang tidak ada pemiliknya sama sekai, dan tidak ada bekas garapan seperti ,pondasi, tanaman ,dan lain sebagainya. “Tanah yang tidak di manfaatkan oleh seseorang “ maksudnya tanah tersebut bebas...

Batasan Ilmu Pengetahuan

Dewasa ini manusia hidup dalam besarnya perkembangan ilmu pengetahuan yangs semakin luas dan tidak pernah berhenti berkembang. Di luar itu manusia di tuntut untuk hidup dalam kebenaran dan apa-apa yang memiliki nilai yang dapat mereka jadikan acuan dalam bertindak. Lembaga kebenaran itu disebut dengan agama ,filsafat,dan seni. Kebenaran yang di percaya menjadi lembaga tertua adalah agama,ini berasal dari wahyu dan oleh penganutnya agama dinilai dan diyakini kebenarannya secara mutlak.             Tidak hanya mencakup masalah umum saja, tatapi agama mencakup hal-hal khusus dan hal-hal transendal . Seperti misalnya latar belakang penciptaan   alamsemesta,juga seisinya. Sama seperti agama yang diyakini menjadi kebenaran tertua yang nilai –nilai- nya selalu   di anggap benar meski banyak yang di luar nalar,seni pun juga begitu,tidak ada kata benar ataupun salah dalam seni,bahkan seni juga menjangkau hal-hal mendasar,un...

Warisan Kartini

April adalah bulan kartini. Bulan di mana akan kita dapati sekolah maupun Lembaga lainnya berbondong-bondong berkostum kebaya, batik, maupun baju daerah lainnya sebagai bentuk perayaan hari lahirnya Sang Pahlawan Bangsa, Ibu Kita Kartini. Selain kostum, sekolah dan Lembaga lainyya mengadakan lomba-lomba yang menurut wawancara saya kepada beberapa teman yang menjadi guru, menjadi ciri khas perayaan hari Kartini. Lomba Fashion Show, Lomba Make Up, Lomba Menari dan lomba-lomba lainyya yang erat kaitannya dengan Wanita. Tahun ini, 2024 bulan April bebarengan dengan bulan Syawal tahun Hijriyah. Beberapa sekolah dan Lembaga lain memperingati Hari Kartini dengan berkebaya, berbatik, lalu halal bihalal. Meskipun ada satu dua sekolah yang tetap memperingati Hari Kartini dengan upacara, Berkebaya, bahkan pawai kartini, Hari Kartini gak sepi-sepi amat lah. Lalu muncul sebuah pertanyaan. Apa yang sebenarnya Kartini wariskan kepada kita, generasi muda? benarkah Kartini adalah symbol perjuangan...