Langsung ke konten utama

LIPSTIK

  Siang tadi, dua oranG baik memperhatikanku,  kurang lebih 3 meter dihadapanku mereka memberi syarat padaku yang kurang lebih intinya "Pulang aja sana ! kamu pucet loh !" mereka memelankan suara karna kami sedang berada di forum yang agak resmi dengan tersenyum aku bergegas mengambil sesuatu di dalam tas kesayanganku,  tadaa.. kupamerkan Lipstk wardah yang sejujurnya warnanya agak norak, oren , atau merah bata, tidak penting intinya, aku tampak pucat karna lupa memakai lipstik, segera ku coret bibirku dengan kuas lipstik, tada, kupamerkan bibirku yang sudah menyala kepada mereka.  mereka menggeleng hah ? aku bertanya sebab tidak mengerti "matamu gak bisa bohong ! pulang sana ! istirahat!" lagi2 mereka bicara tanpa suara lekas kubuka kamera depan dari ponsel untuk melihat apa yang terjadi, "lah iya." aku hanya berkedip kedip dan tersenyum pahit. Ingin segera pulang tapi sepertinya aku butuh sekitar satu jam lagi untuk tetap berada di tempat ini ah, lipstik...

Warisan Kartini


April adalah bulan kartini. Bulan di mana akan kita dapati sekolah maupun Lembaga lainnya berbondong-bondong berkostum kebaya, batik, maupun baju daerah lainnya sebagai bentuk perayaan hari lahirnya Sang Pahlawan Bangsa, Ibu Kita Kartini. Selain kostum, sekolah dan Lembaga lainyya mengadakan lomba-lomba yang menurut wawancara saya kepada beberapa teman yang menjadi guru, menjadi ciri khas perayaan hari Kartini. Lomba Fashion Show, Lomba Make Up, Lomba Menari dan lomba-lomba lainyya yang erat kaitannya dengan Wanita.

Tahun ini, 2024 bulan April bebarengan dengan bulan Syawal tahun Hijriyah. Beberapa sekolah dan Lembaga lain memperingati Hari Kartini dengan berkebaya, berbatik, lalu halal bihalal. Meskipun ada satu dua sekolah yang tetap memperingati Hari Kartini dengan upacara, Berkebaya, bahkan pawai kartini, Hari Kartini gak sepi-sepi amat lah.

Lalu muncul sebuah pertanyaan. Apa yang sebenarnya Kartini wariskan kepada kita, generasi muda?
benarkah Kartini adalah symbol perjuangan perempuan ? lantas perjuangan seperti apa ? Apakah kartini memperjuangkan kebaya ?

Jika kita berdiskusi tentang warisan kartini, tidak jauh kita akan berhadapan dengan tulisan kartini yang kondang dalam Buku Habis Gelap Terbitlah Terang. Surat-surat Kartini kepada sahabat penanya, Nn Zehandelaar. Dalam bukunya Kartini bercerita keinginannya terbang bebas seperti burung. Bercerita kartini akan kesedihannya dipasung oleh ada istiadat yang tidak membolehkan ia melihat dunia dengan mata dan raganya. Hari-hari terbelunggunya raga kartini tidak membatasai jiwanya menjelajah dunia lewat buku-buku yang dibawakan kakak-kakkanya untuk Kartini.

Tidak hanya terpasung karena pingitan, Bercerita pula kartini perihal kebenciannya pada adat yang menjadikan Wanita terkungkung dalam perkawinan sebab harus sepenuhnya melayani suami sehingga ujungnya  mengabaikan cita-cita serta impian-impian

Sejarah mengisahkan kartini akhirnya diijankan oleh ayahnya menjadi guru bagi anak-anak perempuan. Lewat kamar yang sempit itu kartini berjuang agar perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam mengenyam Pendidikan dan mencapai cita-cita sebagaimana laki-laki.

Kartini bukan saja hanya symbol perjuangan keadilan gender, melainkan inspirasi bagi semua orang bahwa  baik laki-laki dan perempuan seharusnya memiliki kesempatan yang sama dalam berbagai hal, seperti akses terhadap Pendidikan, pekerjaan, ekonomi, politik, dan lain sebagainya.

Sayangnya, Masyarakat memiliki stigma yang buruk mengenai keadilan gender. Gambaran akan dikuasainya semua ranah kehidupan oleh perempuan sebagai hasil dari perjuangan keadilan gender  merupakan ketakutan berlebihan untuk sebagian masyarakat. Misalnya, memiliki pemimpin perempuan dianggap oleh Sebagian laki-laki adalah penghinaan baginya. Bahkan, oleh Sebagian laki-laki, memiliki pasangan perempuan yang lebih matang secara finansial justru dianggap  saingan.

Ketimpangan gender erat kaitannya dengan Toxic Maskulinity, sebuah konsep yang menggambarkan perilaku atau sikap maskulinitas yang merugikan, berbahaya,  destruktif, baik bagi laki laki itu sendiri maupun perempuan. Anggapan bahwa laki-laki harus menjadi pemimpin dalam segala hal dan menutup kesempatan buat perempuan. Anggapan bahwa laki-laki harus selalu mendominasi seluruh aspek kehidupan yang justru akan melelahkan terutama untuk laki-laki itu sendiri.

Permaslaahan ketimpangan/ketidak adilan gender adalah permaslahan yang dari zaman Raden Ajeng Kartini hingga hari ini tidak kunjung hilang. Kartini dalam memperjuangkan keadilan Gender, yang salah satunya untuk membebaskan perempuan dari belenggu adat yang mengekang masih tidak menjadi inti utama perayaan Hari kartini sejak banyak Tahun Yang Lalu.

Dalam studi kecill yang kulakukan dengan mewawancarai belasan teman guru SD, SMP Hingga SMA, perayaan Hari Kartini masih sebtas simbolik. Yakni dengan upacara, Memakai pakaian adat, serta peragaan busana. Tidak salah, tentu saja.

Namun Perayaan hari Kartini akan jauh lebih bermakna manakala Lembaga Pendidikan atau Lembaga lainnya meneruskan perjuangan kartini dalam “membebaskan perempuan”. Bukan hanya memberikan kesempatan perempuan untuk berkarya, berpendidikan, dan mengakses fasilitas lainnya, namun juga memberikan edukasi kepada laki-laki bahwa tidak harus ada yang mendominasi atau didominasi dalam kehidupan ini. Baik perempuan dan laki-laki dapat sejalan seiring dan mendapat kesempatan yang sama. Laki-laki perlu diberikan pemahaman bahwa ia tidak berhak bersikap buruk dan memandang rendah orang lain hanya karena ia laki-laki. Bentuk yang  lebih sederhana misalnya, laki-laki perlu diberikan edukasi bahwa harga dirinya tidak akan hancur hanya karena mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci, dan memasak yang notabene oleh dunia patriarki dianggap mutlak pekerjaan peremuan.

Sebagai penutup, mari kita tanyakan Kembali hal-hal apa yang diwariskan Raden Ajeng Kartini kepada kita. Tidak ada yang salah dengan berkebaya, peragaan busana, dan seremonial lainnya, namun apakah esensi perjuangan Raden Ajeng Kartini yang “berani” kita warisi hanya sebatas itu saja ?


tulisan ini hanya dipublikasikan di Blog saja

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ihya’ Al-Mawat dan Jialah, Pengertian ,rukun dan syarat, dasar hukum ihya' Al-mawat dan Jialah / ja'alah / ju'alah

Ihya’ Al-Mawat dan Jialah Makalah Disusun sebagai tugas Matakuliah Fiqh Muamalah Dosen Pengampu Bpk. Ainun Yudhistira, S.H.I., M.H.I. Disusun Oleh: Nur Fitria Primastuti   21113044 FAKULTAS SYARIAH JURUSAN AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH IAIN SALATIGA April :2015 Ihya’ Al-Mawat dan Jialah A.       Ihya’ Al-Mawat 1.        Pengertian Ihya’al-Mawat Ihya’Al-Ma’wat atau menghidupkan tanah yang telah mati di maksudkan dengan menggarap tanah yang telah mati. Di kalangan fuqoha, tanah yang telah mati dimeksud dengan “Tanah yang tidak ada tuanya dan tidak lagi di manfaatkan oleh siapapun.” Di sini di maksudkan untuk mengambil manfaat atas pemanfaatan tanah tersebut. “Tidak ada pemiliknya” maksudnya adalah tanah yang tidak ada pemiliknya sama sekai, dan tidak ada bekas garapan seperti ,pondasi, tanaman ,dan lain sebagainya. “Tanah yang tidak di manfaatkan oleh seseorang “ maksudnya tanah tersebut bebas...

Batasan Ilmu Pengetahuan

Dewasa ini manusia hidup dalam besarnya perkembangan ilmu pengetahuan yangs semakin luas dan tidak pernah berhenti berkembang. Di luar itu manusia di tuntut untuk hidup dalam kebenaran dan apa-apa yang memiliki nilai yang dapat mereka jadikan acuan dalam bertindak. Lembaga kebenaran itu disebut dengan agama ,filsafat,dan seni. Kebenaran yang di percaya menjadi lembaga tertua adalah agama,ini berasal dari wahyu dan oleh penganutnya agama dinilai dan diyakini kebenarannya secara mutlak.             Tidak hanya mencakup masalah umum saja, tatapi agama mencakup hal-hal khusus dan hal-hal transendal . Seperti misalnya latar belakang penciptaan   alamsemesta,juga seisinya. Sama seperti agama yang diyakini menjadi kebenaran tertua yang nilai –nilai- nya selalu   di anggap benar meski banyak yang di luar nalar,seni pun juga begitu,tidak ada kata benar ataupun salah dalam seni,bahkan seni juga menjangkau hal-hal mendasar,un...

Menuju Indonesia Emas 2045 dengan Posyandu Remaja

Ahad 24 Maret, 2024 Desa Samirono menggelar Posyandu Remaja. Tidak kurang dari 35 Remaja mengikuti posyandu remaja yang di gelar di Gedung Olahraga Dusun Pongangan Desa Samirono. Dengan menggandeng Kader Kesehatan Desa samirono, Pemerintah Desa Samirono memiliki harapan besar acara posyandu remaja dapat berjalan secara berkelanjutan. "Ini adalah kegiatan posyandu remaja yang diadakan pertama kali di Dusun Pongangan Desa Samirono, Alhamdulillah orang tua dan remaja menyambut baik kegiatan ini" Kata Nur Fitria selaku Kaur Desa samirono.  Remaja adalah calon pemuda penerus bangsa. Perannya adalah kunci pembangunan dan kemajuan Indonesia bahkan dunia. Sebagaimana jargon Presiden Soekarno " Beri aku 10 Orang tua, akan kucabut Semeru dari Akarnya, Beri aku 10 Pemuda, akan kugoncang Dunia" Posyandu Remaja adalah Pos pelayanan terpadu yang menyasar remaja usia mulai 15 hingga 20 tahun. Selain memfasilitasi cek kesehatan seperti berat badan, tinggi badan, tekanan darah dan c...